Rabu, 22 Maret 2017

Maaf, aku menolak LUPA








Bahagia itu selalu ada dan banyak macamnya,
sebetulnya kita hanya diizinkan punya porsi terbatas untuk bahagia,,

Kamu tahu? 
Terkadang, cukup dengan melihatmu bahagia dari jauh, kutemukan bahagiaku. 
Bahagia yang kucari, bukan sebab datang dengan maunya sendiri. 
Semu, memang. Tapi setidaknya lebih baik daripada membencimu, bukan?
Bahagia ini seperti dipaksakan, aku tak lagi punya pilihan. 
dan menganggap kamu kisah lama yang aku mesti lupa, 
Namun aku belum pintar melakukannya.

Meski entah ini memang bahagia yang sesungguhnya, 
atau imajinasiku terlalu terlatih untuk mengada-ada? 
Entah dengan melihatmu tersenyum aku juga merasakan yang sama, 
atau semuanya hanya karena aku tak lagi miliki pilihan? 
Terkadang lucu, jika memang benar ada wujud bahagia seperti itu. 
Padahal kalau boleh jujur, aku ingin bahagiamu yang dibagi denganku.

Kulihat kau menjauh dan bahkan mungkin tak mengenalku lagi. 
Rasa ini lebih peka dari kasat mata, 
Kuterima semua perlakuanmu ini, 
Tiada lagi ucapan "lagi dimana?"
Atau, ini mungkin salah satu cara semesta untuk mengajarkanku menjadi lebih kuat?

Kuat itu aku, yang telah lama jauh terjatuh padamu, tahu sakitnya luka, namun terus mengulanginya saja. 
Lemah itu kamu, datang tak terduga, lalu pergi hilang entah kemana,,
Barangkali jika ada kekacauan di poros bumi dan semua hal jadi terbalik, 
aku baru paham caramu yang mudah pergi. 
kamu kelak mengerti caraku yang keras kepala selalu menanti.

Lalu, aku harus ke mana? Tepatnya, aku harus bagaimana?
Menerimamu yang muncul tiba-tiba, dan merelakan begitu saja padahal ingin tak ada? 
Kamu ingin apa??
Seseorang dengan perasaan sekeras batu dan sikap sediam patung? 

Barangkali sejak awal kita tidak seharusnya bertemu. 
Agar tak ada rasa yang bertamu, agar inginku tak melulu hanya kamu. 
Barangkali sejak dulu mestinya kamu yang mencintai aku. 
Biar aku jadi yang pintar berlalu, 
biar aku jadi yang pura-pura lupa pernah sengaja menyakitimu. 
Ah, tapi apa gunanya? 
Jika kamu ada di posisiku, apa benar kamu tetap memilihku meski aku tak menoleh padamu? 
Bahkan mengkhayalkannya saja aku tak mampu..

Tak perlu kamu tahu sesakit apa aku,
yang kuperlu hanya kamu bilang iya untuk cintaku dulu,,
Paling tidak, aku sudah pernah mencoba untuk terjatuh, 
meski bukan kedua tanganmu yang menangkap hatiku secara utuh. 
Memang ada yang hancur dan tidak secara baik tertata, 
namun paling tidak aku pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. 
Meski yang kurasakan ialah tangis dan kehilangan, 


Yang perlu kamu tahu, tetap mengingatmu bukanlah pilihan, itu keputusan.
Kuharap saat itu aku telah cukup jadi egois, 
dengan menutup rasa dari apapun yang kutahu bisa membuatmu menangis..

Dan maaf aku masih mengingatmu..